SEJARAH DINAR DAN DIRHAM


Sejarah telah membuktikan bahwa emas dan perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia.

Peradaban Islam di era keemasan selama berabad-abad menjelma menjadi salah satu kekuatan perekonomian dunia. Tak heran, jika pada masa itu, kekhalifahan Islam sudah memiliki mata uang sendiri bernama dirham (koin perak) dan dinar (koin emas). Dengan menggunakan kedua mata uang itu, perekonomian di dunia Islam tumbuh dengan begitu pesat.

Sejarah penggunaan perak dan emas sebagai alat pertukaran, sejatinya telah berkembang jauh sebelum Islam hadir. Para peneliti sejarah Dirham menemukan fakta bahwa perak sebagai alat tukar sudah digunakan pada zaman Nabi Yusuf AS. Hal itu diungkapkan dalam Alquran, surat Yusuf ayat 20. Dalam surat itu tercantum kata darahima ma’dudatin (beberapa keping perak).

”Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah yakni beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya kepada Yusuf,” (Alquran, surat 12:20). Tiga peneliti jejak dirham yakni MSM Syaifullah, Abdullah David, dan Muhammad Ghoniem dalam tulisannya berjudul Dirham in the Time of Joseph? menuturkan pada masa itu peradaban Mesir Kuno telah menggunakan perak sebagai alat tukar.

Sejarah mencatat, masyarakat Muslim sendiri mengadopsi penggunaan dirham dan dinar dari peradaban Persia yang saat itu dipimpin oleh Raja Sasan bernama Yezdigird III. Bangsa Persia menyebut mata uang koin perak itu dengan sebutan drachm. Umat Islam mulai memiliki dirham dan dinar sebagai alat transaksi dimulai pada era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab RA.

Meski begitu, Rasululah SAW sudah memprediksikan bahwa manusia akan terlena dan tergila-gila dengan uang. Dalam salah satu hadits, Abu Bakar ibnu Abi Maryam meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apapun yang berguna selain dinar dan dirham.” (Masnad Imam Ahmad Ibn Hanbal).

Pertama kali umat Islam menggunakan dirham pada tahun 642 M atau satu dasawarsa setelah Rasulullah SAW wafat. Khaifah Umar bin Khattab memutuskan untuk menggantikan drachma dengan dirham. Sedangkan koin dirham pertama kali dicetak umat Islam dicetak pada tahun 651 M pada era kepemimpinan Utsman bin Affan. Dirham pertama itu mencantumkan tulisan bismalah.

Laiknya drachm, dirham berbentuk ceper serta tipis. Diameternya mencapai 29 mm dan beratnya antara 2,9 – 3,0 gram. Dari sisi berat, dirham lebih ringan dari drachm yang mencapai 4 gram. Sejak itulah, tulisan ‘bismilah’ menjadi salah satu ciri khas koin yang dicetak oleh peradaban Islam.

Selain itu, koin dirham-dinar yang dicetak umat Islam pada masa keemasan mencantumkan nama penguasa atau amir atau khalifah. Fakta sejarah menunjukan bahwa kebenyakan kepingan dirham dan dinar yang dicetak pada masa Khulafa Arrasyidin mencantumkan tahun Hijriyah sebagai penanda waktu koin dirham atau dinar itu dicetak.

Pemerintahan Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab pun telah menetapkan standar koin dirham dan dinar. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan, berat 7 dinar setara dengan 10 dirham. Khalifah Umar bin Khattab pun telah menetapkan standar dinar emas yakni memakai emas dengan kadar 22 karat dengan berat 4,25 gram.

Sedangkan dirham perak haruslah menggunakan perak murni dengan berat 2,975 gram. Keputusan itu telah menjadi ijma ulama pada awal Islam dan pada masa para sahabat dan tabi’in. Sehingga menurut syari’ah, 10 dirham setara dengan 7 dinar emas. Hasil ijma itu menjadi pegangan, sehingga nilai perbandingan dinar dan dirham bisa tetap sesuai.

Namun, pada tahun 64 H/684 M, untuk pertama kalinya nilai dirham berkurang. Hal itu terjadi akibat keputusan ‘Ubaid Alih ibn Ziyad untuk mencampurkan logam lain pada dirham. Sepuluh tahun kemudian, di era kepemimpinan Khalifah Abdalmalik, mulai dicetak koin emas berbobot 4,4 gram dengan mencantumkan tulisan ‘Dinar’.

Tiga tahun kemudian, kekahlifahan Islam di bawah kepemimpinan Abdalmalik kembali mencetak cetak lagi dinar yang bobotnya berubah menjadi 4,25 gram — mengikuti standar yang ditetakan Khalifah ‘Umar bin Khattab RA. Pada tahun 75 H/695 M, Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak dirham dan menggunakan standar yang ditetapkan di era Umar bin Khattab.
Koin perak bertulisan ‘dirham’ itu berbobot 2.975 gram dan berdiameter 25 – 28 mm. Setiap koin yang dicetak pada saat itu bertuliskan kalimat tauhid yakni: ”Allahu ahad, Allahu samad”. Sejak saat itu, dilakukan penghentian penggunaan gambar wujud manusia dan binatang dari mata uang peradaban Islam itu. Sebagai gantinya digunakan huruf-huruf.

Dinar dan dirham lazimnya berbentuk bundar. Selain itu, tulisan yang tercetak pada dua sisi koin emas dan perak itu memiliki tata letak yang melingkar. Pada satu sisi mata koin tercantum kalimat ‘tahlil’ dan ‘tahmid’, yaitu:”La ilaha ill’Allah’ dan ‘Alhamdulillah’. Sedangkan di sisi mata koin sebelahnya tertera nama penguasa (amir) dan tanggal pencetakkan. Selain itu, terdapat suatu kelaziman untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah SAW dan ayat-ayat Alquran dalam koin dirham dan dinar itu.

Mata uang dinar dan dirham pun menjadi mata uang resmi dinmasti maupun kerajaan Islam yang tersebar di berbagai penjuru. Penggunaan dinar dan dirham perlahan mulai menghilang setelah jatuhnya masa kejayaan kekhalifahan Islam. Ketika dunia dilanda era kolonialisme Barat, mulailah diterapkan penggunaan uang kertas.

Sejarah telah membuktikan bahwa emas dan perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari oleh mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil jika dihubungkan dengan bahan makanan pokok. Nilai inflasi mata uang ini selama 14 abad lamanya adalah nol. Adakah mata uang yang stabil seperti itu saat ini?



·         Uang Koin di Era Kekhalifahan

1.       Koin Kekhalifahan Umayyah (661 M – 750 M)
Di awal kekuasaannya, Dinasti Umayyah menggunakan koin perak Sassanin di wilayah Irak dan Iran. Sedangkan, di Suriah dan Mesir kehalifahan Umayyah menggunakan koin emas dan tembaga. Sebagai bagian dari upaya untuk menyatukan wilayah-wilayah yang dikuasainya, Khalifah Abdalmalik bin Marwan (685 M – 705 M) mulai mencetak koin emas pada tahun 961 M.
Di pinggiran koin emas itu tertulis kalimat bismilah dan syahadat. Dua tahun berikutnya, Dinasti Umayyah mencetak koin perak atau dinar. Dalam koin itu tercantum kalimat bismilah. Koin emas pada zaman itu dicetak secara khusus di Damaskus – ibu kota Dinasti Umayyah. Sedangkan, koin perak dan tembaga dicetak di kota-kota yang dikuasai Umayyah. Pada era khalifah selanjutnya, Dinasti Umayyah mencetak dinar yang bernilai setengah dan sepertiga dinar. Ukuran dan beratnya jauh lebih kecil dan ringan dengan uag koin bernilai satu dinar. Setelah menguasai Afrika Utara dan Spanyol – penguasa Umayyah mulai membangun percetakan uang koin di provinsi itu. Khalifah pun bertanggung jawab untuk memastikan kemurnian dan berat koin yang dicetak.

2.      Koin Kekhalifahan Abbasiyah (750 M – 1258 M)
Ketika kekuasaan kekhalifahan Umayyah jatuh, percetakan koin di Damaskus pun ditutup. Di era awal kekuasaannya, Dinasti Abbasiyah mulai mencetak koin di Kufah – ibu kota pertama Abbasiyah. Khalifah Al-Mansur pun mulai membangun Baghdad dan mendirikan percetakan dirham di kota itu. Koin emas mulai dicetak pada era kekuasaan Khalifah Harun Ar-Rasyid yag naik tahta pada tahun 786 M. Harun mencetak koin emas atas nama gubernur Mesir. Pada masa itu, Abbasiyah memiliki dua tempat percetakan uang, yakni di Baghdad serta di Fustat – Kairo Tua. Percetakan koin di Mesir terbilang produktif. Setiap cetakan koin dari provinsi itu selalu mengatasnamakan gubernur yang didedikasikan bagi khalifah. Khalifah Al-Ma’mun (813 M) yang menggantikan Harun Ar-Rasyid mulai mencetak beragam jenis koin. Dengan cita rasa artistik yang tinggi, Al-Ma’mun memperbaiki tampilan koin. Sehingga koin yang dicetak tampak lebih indah. Apalagi, tulisan yang tertera pada koin menggunakan tulisan indah khas Kufah atau Kufi.

3.      Koin Andalusia (711 M – 1494 M)
Berbeda dengan wilayah Arab lainnya yang ditaklukkan Islam yang menggunakan koin penguasa sebelumnya, penguasa Islam mencetak khusus koin emas yang baru ketika menguasai Spanyol pada 711 M. Tulisan yang tercantum dalam koin itu adalah huruf latin. Dinar khas Andalusia itu dicetak secara langsung di kota itu. Pada tahun 720 M, koin Arab asli pertama kali masuk ke wilayah itu. Gaya dan tulisan yang tercantum dalam koin itu menandakan bahwa dinar itu berasal dari Arab Afrika Utara yang dicetak setahun sebelumnya.
Muslim di Andalusia juga mulai memakai koin yang bernilai setengah dinar yang dicetak di damaskus pada 719 M. Koin emas terakhir yang dicetak di Andalusia dicetak pada era Nasrid Granada (1238 M – 1492 M).

4.      Koin Kekhalifahan Fatimiah (909 M – 1171 M)
Tiga khalifah pertama dari Kekhalifahan Fatimiyah yang berkuasa dari tiga ibu kota berbeda yakni, Quayrawan, Al-Mahdiya, dan Sabra-Mansuriyah mencetak koin emas dan perak sesuai dengan kebiasaan ortodok Sunni. Pada tahap awal, dinar yang dicetak Al-Mahdi mengikuti model dan ukuran serta desain yang digunakan Dinasti Aghlabid. Pada tahun 912 M, dinasti itu mulai mencetak dinar yang ringan dan berukuran lebih besar dengan menggunakan tulisan indah Kufi.
Pada tahun 922 M, percetakan uang dipindahkan ke Al-Mahdiyah dan lalu ke Al-Mansuriyah. Khalifah Al-Qa’im pada tahun 934 M mulai mengganti desain dan mulai mengadopsi tulisan indah Kufi. Koin yang bernilai seperempat dinar juga dicetak dinasti itu dari wilayah kekuasaannya di Sicilia. Ciri khas koin Fatimiyah yang beraliran Syiah adalah pernyataan yang mengungkapkan pertaliannya dengan Ali bin Abi Thalib.

·         Awal munculnya uang kertas
Untuk pertam kali, uang kertas sudah ada pada tahun 910 M di China. Awalnya mereka menggunakn uang kertas yang ditopang oleh emas dan perak 100%. Namun, pada abad ke-12 M, china sudah menerbitkan uang kertas yang tidak bisa diterbitkan ditukar sama sekali dengan emas dan perak. Di daratan Eropa, uang kertas mulai diterbitakan pada abad ke-17 M. Swedia misalnya menerbitkan uang kertas pada tahun 1661 M. langkahnya siikuti oleh Inggris, Belanda, dan Negara-negara Eropa lainnya. 

Pada awal penerbitannya, Negara yang mengeluarkan uang kertas senantiasa menopang sumber nilai uang pada emas dan perak.mereka mematok nilai nominal uangnya dengan berat tertentu dari logam emas atau perak.

Dalam perkembangannya, Negara-negara tersebut mulai mendefaluasi nilai mata uangnya terhadap emas dan perak yang menjadi sandar.
Dan lambat tapi pasti, pada akhirnya mereka melepaskan sama sekali patokan mata uang kertas mereka terhadap emas dan perak. Artinya, mereka hanya mencetak mata uangnya dengan nilai nominal yang tidak dapat ditukarkan atau dijamin dengan emas.





DO'A PENGEMBAN DAKWAH


Ya Allah, kepada-Mu kami mengadukan kelemahan kami, kurangnya kesanggupan kami, dan kerendahan diri kami berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindung kami, para pejuang agamamu! Kepada siapa kami hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadap kami, ataukah kepada musuh yang akan menguasai kami? Jika Engkau tidak murka kepada kami, maka semua itu tdk kami hiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada kami. kami berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diri kami. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.“
Ya Allah, percepatlah datangnya pertolonganMu…
sungguh umat Muhammad saw sudah dalam keadaan kritis…
Engkau maha mampu atasnya…
hilangkan hal-hal yang mempersulit datangnya pertolonganMu ya Allah…

أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنَ الْقَضَاءِِ عَلَى إسْرآءِيْلَ وَأمِيْرِيْكًا واْلإنْجِلِيْزِ وَكُلِّ الدُوَلِ الْحَرْبِيَّةِ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk menghancur-leburkan Israel, Amerika, Inggris, dan negara-negara kafir harbi lainnya.

أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنَ الْقَضَاءِ عَلَى كُلِّ هَيْمَنَةٍ لِلدُّوَلِ الْكَافِرَةِ عَلَى أيِّ بَلَدٍ مِنَ الْبِلآدِ الإسْلآمِيَّةِ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk menghancur-leburkan setiap hegemoni negara-negara kafir atas negeri manapun dari negeri-negeri Islam.

Kami memahami Yaa Robbanaa, bahwa Amerika dan sekutu-sekutunya adalah negara adidaya, oleh karena itu untuk menghancurkan mereka tidak mungkin tanpa adanya persatuan sejati kaum muslimin sedunia di bawah naungan Negara Al Khilafah Al Raasyidah.

أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ خِلآفَةً رَاشِدَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، تُعِزُّ بِهَا الإسْلآمَ وَ أهْلَهُ وَ تُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَ أهْلَهُ ، إنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Negara Al Khilafah Al Raasyidah yang mengikuti Manhaj Kenabian, yang dengannya mulialah Islam beserta umatnya dan dengannya pula hinalah kekufuran beserta penganutnya. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

إنَّكَ نِعْمَ الْمَوْلَى وَ نِعْمَ النَّصِيْرِ

Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan penolong.

لا
حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إلا بِالله

Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan-Mu, Yaa Allah.
Yaa Robbana, kami mengadu kepada-Mu. Para penguasa itu telah menjunjung tinggi sistem dan hukum kufur seraya mencampakkan sistem dan hukum Islam yang agung.

أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنْ إزَالَةِ أنْظِمَةِ الْكُفْرِ وَ أحْكَامِهِ مِنْ جَمِيْعِ بِلآدِ الْمُسْلِمِيْنَ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk memusnahkan segala sistem peraturan dan hukum kufur di seluruh negeri kaum muslimin.

Wahai Dzat Yang Maha Pengampun. Kami memohon ampunan-Mu atas dosa dan kelalaian kami selama ini, kami juga memohon ampunan-Mu atas dosa orang tua kami, guru-guru kami, Ulama Islam, serta pejuang-pejuang Islam yang meninggikan Kalimah-Mu, Yaa Allah.

أللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Yaa Allah, jadikanlah kami menjadi bagian dari orang-orang yang sholeh

Wahai Dzat Yang Maha Berkehendak. Kami mengadu kepada-Mu. Sungguh, dalam perjuangan kami dalam mengemban dakwah, banyak kendala dan rintangan yang kami hadapi. Mulai dari celaan, cemoohan, sampai kepada penjegalan bahkan sampai kepada penangkapan, pemenjaraan, penyiksaan, dan pembunuhan sudah menjadi resiko perjuangan yang harus kami hadapi. Oleh karena itu, Yaa Allah, tambahkanlah kesabaran pada diri kami.
أللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْصَابِرِيْنَ
أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ إيْمَانًا لا يَتَزَعْزَعُ
وَشَجاَعَةً لا تَلِيْنُ وَإرَادَةً لا تُقْهَرُ وَعَزْمًا لا يُفَلُّ وَأعْصَابًا لا تَضْطَرِبُ أللَّهُمَّ ثَبِّتْنَا عَلَى دِيْنِكَ وَحَمْلِ دَعْوَتِكَ إلَى أنْ نَّلْقَاكَ

Yaa Allah, jadikanlah kami menjadi bagian dari orang-orang yang sabar. Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Iman yang tak tergoyahkan, dan keberanian yang tak tergentarkan, dan kehendak yang tak terkalahkan, dan tekad yang tak tertundukkanserta jiwa yang tak tergoncangkan.
Yaa Robbanaa, bantulah kami agar tetap Istiqomah di jalan dakwah-Mu. Yaa Allah teguhkanlah kami atas agama-Mu dan atas perjuangan mengemban dakwah-Mu hingga kami menemui-Mu.
Wahai Dzat Yang Maha Agung. Kami mengadu kepada-Mu. Sungguh, perjuangan dakwah ini butuh orang-orang kuat dan orang-orang bertaqwa seperti ‘Umar ibnu Al Khoththob dan Mus’ab ibnu ‘Umair Radliyallahu ‘an humaa.


أللَّهُمَّ آزِرْنَا بِأقْوِيَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ   أللَّهُمَّ آزِرْنَا بِمَنْ يَّحْمِلُوْنَ مَعَنََا الدَّعْوَةَ وَ عِبْأهَا وَ هَمَّهَا وَ مَسْؤُوْلِيَّتَهَا
Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Rezeki yang halal, yang cukup, dan penuh barokah.
Cabutlah kebakhilan dalam diri kami, Yaa Allah, agar kami gemar berinfaq untuk perjuangan dakwah ini sebagaimana pendahulu kami Abu Bakar Ash Shiddiq Radliyallahu ‘anhu. Dan kokohkanlah kami dengan orang-orang bertaqwa dari kaum mukminin.
أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنْ تَوْحِيْدِ جَمِيْعِ بِلآدِ الإسْلآمِ فِيْ دَوْلَةِ الْخِلآفَةِ . وَلا تَحْرِمْنَا عَيْشَ فِيْ ظِلِّهَا وَ اكْرِمْنَا بِرَفْعِ لِوَاءِهَا يَا رَبَّ الْعَلَمِيْنَ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk mempersatukan negeri-negeri Islam dibawah naungan Negara Al Khilafah. Dan janganlah Engkau haramkan kami untuk hidup dibawah naungan negara Al Khilafah, dan muliakanlah kami dengan dapat mengibarkan bendera Al Khilafah, Wahai Robb semesta alam.
Wahai Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan. Kami memohon kepada-Mu untuk dapat hidup mulia di bawah naungan Syari’at Islam. Kami benar-benar ingin dapat melihat seorang Kholifah yang dibai’at oleh kaum muslimin. Kami pun sungguh sangat ingin turut mengibarkan bendera kemenangan Liwa Al Khilafah, sebelum anak cucu kami yang mengibarkannya, Yaa Allah.
Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu, mati dalam keadaan Husnul Khotimah. Matikanlah kami sebagai Syaahid dunia-akhirat Yaa Allah. Sungguh kami ingin mati syaahid, Yaa Allah. Atau matikanlah kami dalam keadaan istiqomah sebagai penjaga Islam yang terpercaya, dimana dakwah adalah poros hidup kami, matikanlah kami sebagai pengemban dakwah yang hanif, yang ikhlas hanya mengharap Ridlo-Mu, Yaa Allah.

أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ رِضَاكَ وَ الْجَنَّةَ وَ نَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَ النَّارِ

Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Ridlo-Mu dan surga. Dan kami berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan neraka.
Wahai Dzat Yang Maha Mulia, Masukkanlah kami ke dalam surga-Mu yang tertinggi. Kumpulkanlah kami bersama-sama dengan Syuhadaa, para Nabi, para Shohabat Ridlwanullahi ‘alaihim, dan pertemukanlah kami dengan kekasih kami Muhammad SAW di surga, Yaa Allah. Dan sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan dapat memandang Wajah-Mu yang Agung, Yaa Robbanaa.

أللَّهُمَّ تَقَبَّلْ دُعَاءَ نَا , إنَّكَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 Yaa Allah, kabulkanlah do’a kami ini. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.




inspirasi jilbabku_part 1

hmmmm,

malem2 gini dari pada ga ada kerjaan, (padahal kerjaan rumah lagi numpuk juga, so ga di ada2in)
mau iseng aja.
sekalian cari inspirasi buat bikin jilbab, mumpung baru isi pulsa modem, ngeblog dulu,

awal inspirasinya siy, ngeliat kain2 di rumah yang bulan kmaren di beli tapi ampe sekarang masih nangkring dan tak tersentuh, kasiaann.
pengen di bikin jilbab, tapi kaga ada yang jait, mau jait ke tukang jait, tapi takut gagal, coz udah banyak pengalaman jaitin baju ke tukang jait, hasilnya tak memuaskan hati, (and ni kain bagus2lgi, syang banget kan kalo gagal, bisa2 dia nangkring lagi ga tersentuh sepanjang hayatnya). makin kasiaaannn

ya tapi, meskipun entah jaitnya kapan,seengganya nyicil lah cari modelnya dulu.


nominasi yang pertama:

ni baju bahannya kaos, kebetulan yang aku punya kain kaosnya warna pink soft,,
tinggal potongannya aja di bentuk jilbab, n tangannya juga kaga begini, biasa aja kya,a ga bakal neko2 di bagian tangan,


nominasi ke dua :


nahhhh,, kalo buat gambar yang ini,
sebenernya aku pernah jait baju tuh yang bahannya kaya begini, warnanya juga hampir sama cuma aga tua dikit,  tapiiii, karna ni tukang jait kaga profesional kaya.a, gagal lagi deh ni baju , tergelepak lah ni jilbab di lemari dengan posisi paling bawah, akhirnya aku pun berinisiatif buat bawa dia ke dokter (cailah, aya2 wae) maksudnya di bawa balik ke rumah buat di benerin sang mamih tercintha, aku sih bilannya terserah deh ni jilbab mau di apain, yang penting bisa di pake lagi... semoga dah bisa sembuh ni baju,,,,
tapi aku sempet nyaranin model kaya begini juga siyyy,, karna bawahnya yang kependekan, kan bisa di tambahin kruel2 kaya di photo,,,,

nominasi ke tiga :

jangan di liat sipa yang make, tapi liat bajunya aja yeeee.
buat kalo kapan2 beli kaen yang bahannya sifon begini, bisa juga ni baju di jadiin model buat bikin jilbab, modelnya ga terlalu neko2 juga siyy,,, cuma, di lipet2 aja di bagian dada, trus di kasih pita2 cute gitu di bagian atas lipetannya, ga di kasih juga gapapa sihh, toh kaga keliatan juga ntar pas dipake. n di bagian tangan dengan model ban (jangan kira ban mobil yee) ban tangan, tapi jangan gde2 ameeeuttt, cuma 2 cm kaya.a cukup.




kya.a buat saat ni cukup 3 aja dulu inspirasi bikin jilbabnya,
masih ada inspirasi2 lainnya,
dalam sesi2 berikutnya,,,
yupp. sekian dan terima kasih.

wasalam








janji Allah,KHILAFAH akan berjaya kembali

Oleh: Yahya Abdurrahman



تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ


“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada.  Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada.  Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada.  Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada.  Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).




Sanad Hadis
Imam Ahmad menerimanya dari Sulaiman bin Dawud ath-Thuyalisi dari Dawud bin Ibrahim al-Wasithi dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia berkata:


Kami sedang duduk di masjid bersama Rasulullah saw. Basyir adalah orang yang hati-hati dalm berbicara. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani. Ia berkata, “Wahai Basyir bin Saad, apakah engkau hapal hadis Rasulullah saw. tentang para pemimpin?”
  Hudzaifah berkata, “Aku hapal khutbah beliau.”
  Lalu Abu Tsa‘labah duduk dan Hudzaifah berkata, “Rasululah saw. bersabda: (sesuai dengan matan hadis di atas).” 1


Al-Bazzar2 menerimanya dari al-Walid bin Amru bin Sikin dari Ya‘qub bin Ishaq al-Hadhrami dari Ibrahim bin Dawud dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia bercerita bahwa ia sedang di masjid bersama bapaknya, Basyir bin Saad. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani. Kemudian terjadilah dialog seperti di atas.
Al-Haytsami berkomentar,3"Imam Ahmad meriwayatkannya dalam Tarjamah an-Nu‘mân, juga al-Bazzar secara persis, ath-Thabrani secara sebagiannya di dalam al-Awsath, dan para perawinya tsiqah. Ibn Rajab al-Hanbali juga menukil riwayat Ahmad ini.4


Makna dan Faedah
Hadis ini memberitahukan lima periode perjalanan kaum Muslim sejak masa kenabian. Periode pertama adalah periode kenabian.
Periode kedua adalah periode Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para ulama sepakat bahwa periode Khilafah Rasyidah adalah periode Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian. Menurut sebagian ulama, periode ini adalah periode Khulafar Rasyidin sampai periode Khilafah al-Hasan bin Ali. Khilafah Umar bin Abdul Aziz oleh sebagian ulama juga dikategorikan Khilafah Rasyidah sehingga beliau juga dijuluki Khulafaur Rasyidin.
Periode ketiga adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Lafal mulk bisa berarti kerajaan, bisa juga al-hukm wa as-sulthân (pemerintahan dan kekuasaan). Lafal mulk dalam hadis ini kurang tepat jika dimaknai kerajaan sebagai sebuah bentuk pemerintahan. Sebab, setelah Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan kaum Muslim tidak berubah menjadi kerajaan, tetapi tetap Khilafah. Kepala negara tetap seorang khalifah dan tidak pernah berubah menjadi raja. Ini adalah fakta yang telah disepakati para ulama. As-Suyuthi dalam Tarîkh al-Khulafâ’ berkata, “Aku hanya menyebutkan khalifah yang telah disepakati keabsahan imâmah-nya dan keabsahan akad baiatnya.”5 
Secara faktual, Khilafah terus berlanjut sampai diruntuhkan oleh penjajah Barat tahun 1924 M. Namun, juga disepakati, selama rentang waktu tersebut terjadi penyimpangan dan keburukan penerapan Islam di sana-sini. Jadi, periode tersebut adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang di dalamnya terjadi kazaliman, yaitu peyimpangan dan keburukan penerapan sistem dalam beberapa hal.
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan dan kekuasaan jabbariyah (diktator). Dalam riwayat Abu Tsa‘labah al-Khusyani dari Muadz bin Jabal dan Abu Ubaidah, periode ini digambarkan sebagai periode pemerintahan dan kekuasaan yang sewenang-wenang, durhaka, diktator, dan melampaui batas.6Gambaran demikian adalah gambaran pemerintahan dan kekuasaan yang bukan Islam. Periode pasca runtuhnya Khilafah saat ini tampaknya sesuai dengan gambaran tersebut.
Periode terakhir adalah periode kembalinya Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini merupakan basyârah (berita gembira) akan tegaknya kembali Khilafah setelah keruntuhannya. Makna yang sama juga diriwayatkan dalam banyak riwayat. Jika riwayat ini digabung dengan riwayat lain yang semakna, yaitu riwayat akan masuknya Islam di setiap rumah, hadis al-waraq al-mu’allaq, hadis Khilafah turun di bumi al-Quds, hadis mengenai Dâr al-Islâm kaum Mukmin berpusat di Syam, hadis ‘adl wa al-jur, hadis hijrah setelah hijrah, hadis al-ghuraba’, hadis al-mahdi, dan hadis akan ditaklukkannya Roma, maka makna tersebut bahkan bisa sampai pada tingkat mutawatir.7
Basyârah ini selayaknya memacu semangat kita untuk terus berjuang demi tegaknya Khilafah, karena kita ingin mendapat kemuliaan, yakni turut menjadi aktor bagi terlaksananya janji Allah tersebut. Allâhummarzuqnâ dawlah Khilâfah Râsyidah.
Wallâh a‘lam bi ash-shawâb.

Sabtu, 30 Juni 2012

SEJARAH DINAR DAN DIRHAM


Sejarah telah membuktikan bahwa emas dan perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia.

Peradaban Islam di era keemasan selama berabad-abad menjelma menjadi salah satu kekuatan perekonomian dunia. Tak heran, jika pada masa itu, kekhalifahan Islam sudah memiliki mata uang sendiri bernama dirham (koin perak) dan dinar (koin emas). Dengan menggunakan kedua mata uang itu, perekonomian di dunia Islam tumbuh dengan begitu pesat.

Sejarah penggunaan perak dan emas sebagai alat pertukaran, sejatinya telah berkembang jauh sebelum Islam hadir. Para peneliti sejarah Dirham menemukan fakta bahwa perak sebagai alat tukar sudah digunakan pada zaman Nabi Yusuf AS. Hal itu diungkapkan dalam Alquran, surat Yusuf ayat 20. Dalam surat itu tercantum kata darahima ma’dudatin (beberapa keping perak).

”Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah yakni beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya kepada Yusuf,” (Alquran, surat 12:20). Tiga peneliti jejak dirham yakni MSM Syaifullah, Abdullah David, dan Muhammad Ghoniem dalam tulisannya berjudul Dirham in the Time of Joseph? menuturkan pada masa itu peradaban Mesir Kuno telah menggunakan perak sebagai alat tukar.

Sejarah mencatat, masyarakat Muslim sendiri mengadopsi penggunaan dirham dan dinar dari peradaban Persia yang saat itu dipimpin oleh Raja Sasan bernama Yezdigird III. Bangsa Persia menyebut mata uang koin perak itu dengan sebutan drachm. Umat Islam mulai memiliki dirham dan dinar sebagai alat transaksi dimulai pada era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab RA.

Meski begitu, Rasululah SAW sudah memprediksikan bahwa manusia akan terlena dan tergila-gila dengan uang. Dalam salah satu hadits, Abu Bakar ibnu Abi Maryam meriwayatkan bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Masanya akan tiba pada umat manusia, ketika tidak ada apapun yang berguna selain dinar dan dirham.” (Masnad Imam Ahmad Ibn Hanbal).

Pertama kali umat Islam menggunakan dirham pada tahun 642 M atau satu dasawarsa setelah Rasulullah SAW wafat. Khaifah Umar bin Khattab memutuskan untuk menggantikan drachma dengan dirham. Sedangkan koin dirham pertama kali dicetak umat Islam dicetak pada tahun 651 M pada era kepemimpinan Utsman bin Affan. Dirham pertama itu mencantumkan tulisan bismalah.

Laiknya drachm, dirham berbentuk ceper serta tipis. Diameternya mencapai 29 mm dan beratnya antara 2,9 – 3,0 gram. Dari sisi berat, dirham lebih ringan dari drachm yang mencapai 4 gram. Sejak itulah, tulisan ‘bismilah’ menjadi salah satu ciri khas koin yang dicetak oleh peradaban Islam.

Selain itu, koin dirham-dinar yang dicetak umat Islam pada masa keemasan mencantumkan nama penguasa atau amir atau khalifah. Fakta sejarah menunjukan bahwa kebenyakan kepingan dirham dan dinar yang dicetak pada masa Khulafa Arrasyidin mencantumkan tahun Hijriyah sebagai penanda waktu koin dirham atau dinar itu dicetak.

Pemerintahan Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab pun telah menetapkan standar koin dirham dan dinar. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan, berat 7 dinar setara dengan 10 dirham. Khalifah Umar bin Khattab pun telah menetapkan standar dinar emas yakni memakai emas dengan kadar 22 karat dengan berat 4,25 gram.

Sedangkan dirham perak haruslah menggunakan perak murni dengan berat 2,975 gram. Keputusan itu telah menjadi ijma ulama pada awal Islam dan pada masa para sahabat dan tabi’in. Sehingga menurut syari’ah, 10 dirham setara dengan 7 dinar emas. Hasil ijma itu menjadi pegangan, sehingga nilai perbandingan dinar dan dirham bisa tetap sesuai.

Namun, pada tahun 64 H/684 M, untuk pertama kalinya nilai dirham berkurang. Hal itu terjadi akibat keputusan ‘Ubaid Alih ibn Ziyad untuk mencampurkan logam lain pada dirham. Sepuluh tahun kemudian, di era kepemimpinan Khalifah Abdalmalik, mulai dicetak koin emas berbobot 4,4 gram dengan mencantumkan tulisan ‘Dinar’.

Tiga tahun kemudian, kekahlifahan Islam di bawah kepemimpinan Abdalmalik kembali mencetak cetak lagi dinar yang bobotnya berubah menjadi 4,25 gram — mengikuti standar yang ditetakan Khalifah ‘Umar bin Khattab RA. Pada tahun 75 H/695 M, Khalifah Abdalmalik memerintahkan Al-Hajjaj untuk mencetak dirham dan menggunakan standar yang ditetapkan di era Umar bin Khattab.
Koin perak bertulisan ‘dirham’ itu berbobot 2.975 gram dan berdiameter 25 – 28 mm. Setiap koin yang dicetak pada saat itu bertuliskan kalimat tauhid yakni: ”Allahu ahad, Allahu samad”. Sejak saat itu, dilakukan penghentian penggunaan gambar wujud manusia dan binatang dari mata uang peradaban Islam itu. Sebagai gantinya digunakan huruf-huruf.

Dinar dan dirham lazimnya berbentuk bundar. Selain itu, tulisan yang tercetak pada dua sisi koin emas dan perak itu memiliki tata letak yang melingkar. Pada satu sisi mata koin tercantum kalimat ‘tahlil’ dan ‘tahmid’, yaitu:”La ilaha ill’Allah’ dan ‘Alhamdulillah’. Sedangkan di sisi mata koin sebelahnya tertera nama penguasa (amir) dan tanggal pencetakkan. Selain itu, terdapat suatu kelaziman untuk menuliskan shalawat kepada Rasulullah SAW dan ayat-ayat Alquran dalam koin dirham dan dinar itu.

Mata uang dinar dan dirham pun menjadi mata uang resmi dinmasti maupun kerajaan Islam yang tersebar di berbagai penjuru. Penggunaan dinar dan dirham perlahan mulai menghilang setelah jatuhnya masa kejayaan kekhalifahan Islam. Ketika dunia dilanda era kolonialisme Barat, mulailah diterapkan penggunaan uang kertas.

Sejarah telah membuktikan bahwa emas dan perak merupakan alat tukar paling stabil yang pernah dikenal dunia. Sejak awal sejarah Islam sampai saat ini, nilai dari mata uang Islam yang didasari oleh mata uang bimetal ini secara mengejutkan sangat stabil jika dihubungkan dengan bahan makanan pokok. Nilai inflasi mata uang ini selama 14 abad lamanya adalah nol. Adakah mata uang yang stabil seperti itu saat ini?



·         Uang Koin di Era Kekhalifahan

1.       Koin Kekhalifahan Umayyah (661 M – 750 M)
Di awal kekuasaannya, Dinasti Umayyah menggunakan koin perak Sassanin di wilayah Irak dan Iran. Sedangkan, di Suriah dan Mesir kehalifahan Umayyah menggunakan koin emas dan tembaga. Sebagai bagian dari upaya untuk menyatukan wilayah-wilayah yang dikuasainya, Khalifah Abdalmalik bin Marwan (685 M – 705 M) mulai mencetak koin emas pada tahun 961 M.
Di pinggiran koin emas itu tertulis kalimat bismilah dan syahadat. Dua tahun berikutnya, Dinasti Umayyah mencetak koin perak atau dinar. Dalam koin itu tercantum kalimat bismilah. Koin emas pada zaman itu dicetak secara khusus di Damaskus – ibu kota Dinasti Umayyah. Sedangkan, koin perak dan tembaga dicetak di kota-kota yang dikuasai Umayyah. Pada era khalifah selanjutnya, Dinasti Umayyah mencetak dinar yang bernilai setengah dan sepertiga dinar. Ukuran dan beratnya jauh lebih kecil dan ringan dengan uag koin bernilai satu dinar. Setelah menguasai Afrika Utara dan Spanyol – penguasa Umayyah mulai membangun percetakan uang koin di provinsi itu. Khalifah pun bertanggung jawab untuk memastikan kemurnian dan berat koin yang dicetak.

2.      Koin Kekhalifahan Abbasiyah (750 M – 1258 M)
Ketika kekuasaan kekhalifahan Umayyah jatuh, percetakan koin di Damaskus pun ditutup. Di era awal kekuasaannya, Dinasti Abbasiyah mulai mencetak koin di Kufah – ibu kota pertama Abbasiyah. Khalifah Al-Mansur pun mulai membangun Baghdad dan mendirikan percetakan dirham di kota itu. Koin emas mulai dicetak pada era kekuasaan Khalifah Harun Ar-Rasyid yag naik tahta pada tahun 786 M. Harun mencetak koin emas atas nama gubernur Mesir. Pada masa itu, Abbasiyah memiliki dua tempat percetakan uang, yakni di Baghdad serta di Fustat – Kairo Tua. Percetakan koin di Mesir terbilang produktif. Setiap cetakan koin dari provinsi itu selalu mengatasnamakan gubernur yang didedikasikan bagi khalifah. Khalifah Al-Ma’mun (813 M) yang menggantikan Harun Ar-Rasyid mulai mencetak beragam jenis koin. Dengan cita rasa artistik yang tinggi, Al-Ma’mun memperbaiki tampilan koin. Sehingga koin yang dicetak tampak lebih indah. Apalagi, tulisan yang tertera pada koin menggunakan tulisan indah khas Kufah atau Kufi.

3.      Koin Andalusia (711 M – 1494 M)
Berbeda dengan wilayah Arab lainnya yang ditaklukkan Islam yang menggunakan koin penguasa sebelumnya, penguasa Islam mencetak khusus koin emas yang baru ketika menguasai Spanyol pada 711 M. Tulisan yang tercantum dalam koin itu adalah huruf latin. Dinar khas Andalusia itu dicetak secara langsung di kota itu. Pada tahun 720 M, koin Arab asli pertama kali masuk ke wilayah itu. Gaya dan tulisan yang tercantum dalam koin itu menandakan bahwa dinar itu berasal dari Arab Afrika Utara yang dicetak setahun sebelumnya.
Muslim di Andalusia juga mulai memakai koin yang bernilai setengah dinar yang dicetak di damaskus pada 719 M. Koin emas terakhir yang dicetak di Andalusia dicetak pada era Nasrid Granada (1238 M – 1492 M).

4.      Koin Kekhalifahan Fatimiah (909 M – 1171 M)
Tiga khalifah pertama dari Kekhalifahan Fatimiyah yang berkuasa dari tiga ibu kota berbeda yakni, Quayrawan, Al-Mahdiya, dan Sabra-Mansuriyah mencetak koin emas dan perak sesuai dengan kebiasaan ortodok Sunni. Pada tahap awal, dinar yang dicetak Al-Mahdi mengikuti model dan ukuran serta desain yang digunakan Dinasti Aghlabid. Pada tahun 912 M, dinasti itu mulai mencetak dinar yang ringan dan berukuran lebih besar dengan menggunakan tulisan indah Kufi.
Pada tahun 922 M, percetakan uang dipindahkan ke Al-Mahdiyah dan lalu ke Al-Mansuriyah. Khalifah Al-Qa’im pada tahun 934 M mulai mengganti desain dan mulai mengadopsi tulisan indah Kufi. Koin yang bernilai seperempat dinar juga dicetak dinasti itu dari wilayah kekuasaannya di Sicilia. Ciri khas koin Fatimiyah yang beraliran Syiah adalah pernyataan yang mengungkapkan pertaliannya dengan Ali bin Abi Thalib.

·         Awal munculnya uang kertas
Untuk pertam kali, uang kertas sudah ada pada tahun 910 M di China. Awalnya mereka menggunakn uang kertas yang ditopang oleh emas dan perak 100%. Namun, pada abad ke-12 M, china sudah menerbitkan uang kertas yang tidak bisa diterbitkan ditukar sama sekali dengan emas dan perak. Di daratan Eropa, uang kertas mulai diterbitakan pada abad ke-17 M. Swedia misalnya menerbitkan uang kertas pada tahun 1661 M. langkahnya siikuti oleh Inggris, Belanda, dan Negara-negara Eropa lainnya. 

Pada awal penerbitannya, Negara yang mengeluarkan uang kertas senantiasa menopang sumber nilai uang pada emas dan perak.mereka mematok nilai nominal uangnya dengan berat tertentu dari logam emas atau perak.

Dalam perkembangannya, Negara-negara tersebut mulai mendefaluasi nilai mata uangnya terhadap emas dan perak yang menjadi sandar.
Dan lambat tapi pasti, pada akhirnya mereka melepaskan sama sekali patokan mata uang kertas mereka terhadap emas dan perak. Artinya, mereka hanya mencetak mata uangnya dengan nilai nominal yang tidak dapat ditukarkan atau dijamin dengan emas.





DO'A PENGEMBAN DAKWAH


Ya Allah, kepada-Mu kami mengadukan kelemahan kami, kurangnya kesanggupan kami, dan kerendahan diri kami berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindung kami, para pejuang agamamu! Kepada siapa kami hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadap kami, ataukah kepada musuh yang akan menguasai kami? Jika Engkau tidak murka kepada kami, maka semua itu tdk kami hiraukan, karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepada kami. kami berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diri kami. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.“
Ya Allah, percepatlah datangnya pertolonganMu…
sungguh umat Muhammad saw sudah dalam keadaan kritis…
Engkau maha mampu atasnya…
hilangkan hal-hal yang mempersulit datangnya pertolonganMu ya Allah…

أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنَ الْقَضَاءِِ عَلَى إسْرآءِيْلَ وَأمِيْرِيْكًا واْلإنْجِلِيْزِ وَكُلِّ الدُوَلِ الْحَرْبِيَّةِ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk menghancur-leburkan Israel, Amerika, Inggris, dan negara-negara kafir harbi lainnya.

أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنَ الْقَضَاءِ عَلَى كُلِّ هَيْمَنَةٍ لِلدُّوَلِ الْكَافِرَةِ عَلَى أيِّ بَلَدٍ مِنَ الْبِلآدِ الإسْلآمِيَّةِ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk menghancur-leburkan setiap hegemoni negara-negara kafir atas negeri manapun dari negeri-negeri Islam.

Kami memahami Yaa Robbanaa, bahwa Amerika dan sekutu-sekutunya adalah negara adidaya, oleh karena itu untuk menghancurkan mereka tidak mungkin tanpa adanya persatuan sejati kaum muslimin sedunia di bawah naungan Negara Al Khilafah Al Raasyidah.

أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ خِلآفَةً رَاشِدَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، تُعِزُّ بِهَا الإسْلآمَ وَ أهْلَهُ وَ تُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَ أهْلَهُ ، إنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Negara Al Khilafah Al Raasyidah yang mengikuti Manhaj Kenabian, yang dengannya mulialah Islam beserta umatnya dan dengannya pula hinalah kekufuran beserta penganutnya. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

إنَّكَ نِعْمَ الْمَوْلَى وَ نِعْمَ النَّصِيْرِ

Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan penolong.

لا
حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إلا بِالله

Tiada daya dan kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan-Mu, Yaa Allah.
Yaa Robbana, kami mengadu kepada-Mu. Para penguasa itu telah menjunjung tinggi sistem dan hukum kufur seraya mencampakkan sistem dan hukum Islam yang agung.

أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنْ إزَالَةِ أنْظِمَةِ الْكُفْرِ وَ أحْكَامِهِ مِنْ جَمِيْعِ بِلآدِ الْمُسْلِمِيْنَ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk memusnahkan segala sistem peraturan dan hukum kufur di seluruh negeri kaum muslimin.

Wahai Dzat Yang Maha Pengampun. Kami memohon ampunan-Mu atas dosa dan kelalaian kami selama ini, kami juga memohon ampunan-Mu atas dosa orang tua kami, guru-guru kami, Ulama Islam, serta pejuang-pejuang Islam yang meninggikan Kalimah-Mu, Yaa Allah.

أللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Yaa Allah, jadikanlah kami menjadi bagian dari orang-orang yang sholeh

Wahai Dzat Yang Maha Berkehendak. Kami mengadu kepada-Mu. Sungguh, dalam perjuangan kami dalam mengemban dakwah, banyak kendala dan rintangan yang kami hadapi. Mulai dari celaan, cemoohan, sampai kepada penjegalan bahkan sampai kepada penangkapan, pemenjaraan, penyiksaan, dan pembunuhan sudah menjadi resiko perjuangan yang harus kami hadapi. Oleh karena itu, Yaa Allah, tambahkanlah kesabaran pada diri kami.
أللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْصَابِرِيْنَ
أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ إيْمَانًا لا يَتَزَعْزَعُ
وَشَجاَعَةً لا تَلِيْنُ وَإرَادَةً لا تُقْهَرُ وَعَزْمًا لا يُفَلُّ وَأعْصَابًا لا تَضْطَرِبُ أللَّهُمَّ ثَبِّتْنَا عَلَى دِيْنِكَ وَحَمْلِ دَعْوَتِكَ إلَى أنْ نَّلْقَاكَ

Yaa Allah, jadikanlah kami menjadi bagian dari orang-orang yang sabar. Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Iman yang tak tergoyahkan, dan keberanian yang tak tergentarkan, dan kehendak yang tak terkalahkan, dan tekad yang tak tertundukkanserta jiwa yang tak tergoncangkan.
Yaa Robbanaa, bantulah kami agar tetap Istiqomah di jalan dakwah-Mu. Yaa Allah teguhkanlah kami atas agama-Mu dan atas perjuangan mengemban dakwah-Mu hingga kami menemui-Mu.
Wahai Dzat Yang Maha Agung. Kami mengadu kepada-Mu. Sungguh, perjuangan dakwah ini butuh orang-orang kuat dan orang-orang bertaqwa seperti ‘Umar ibnu Al Khoththob dan Mus’ab ibnu ‘Umair Radliyallahu ‘an humaa.


أللَّهُمَّ آزِرْنَا بِأقْوِيَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ   أللَّهُمَّ آزِرْنَا بِمَنْ يَّحْمِلُوْنَ مَعَنََا الدَّعْوَةَ وَ عِبْأهَا وَ هَمَّهَا وَ مَسْؤُوْلِيَّتَهَا
Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Rezeki yang halal, yang cukup, dan penuh barokah.
Cabutlah kebakhilan dalam diri kami, Yaa Allah, agar kami gemar berinfaq untuk perjuangan dakwah ini sebagaimana pendahulu kami Abu Bakar Ash Shiddiq Radliyallahu ‘anhu. Dan kokohkanlah kami dengan orang-orang bertaqwa dari kaum mukminin.
أللَّهُمَّ مَكِّنّاَ مِنْ تَوْحِيْدِ جَمِيْعِ بِلآدِ الإسْلآمِ فِيْ دَوْلَةِ الْخِلآفَةِ . وَلا تَحْرِمْنَا عَيْشَ فِيْ ظِلِّهَا وَ اكْرِمْنَا بِرَفْعِ لِوَاءِهَا يَا رَبَّ الْعَلَمِيْنَ

Yaa Allah, kokohkanlah kami untuk mempersatukan negeri-negeri Islam dibawah naungan Negara Al Khilafah. Dan janganlah Engkau haramkan kami untuk hidup dibawah naungan negara Al Khilafah, dan muliakanlah kami dengan dapat mengibarkan bendera Al Khilafah, Wahai Robb semesta alam.
Wahai Dzat Yang Menghidupkan dan Mematikan. Kami memohon kepada-Mu untuk dapat hidup mulia di bawah naungan Syari’at Islam. Kami benar-benar ingin dapat melihat seorang Kholifah yang dibai’at oleh kaum muslimin. Kami pun sungguh sangat ingin turut mengibarkan bendera kemenangan Liwa Al Khilafah, sebelum anak cucu kami yang mengibarkannya, Yaa Allah.
Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu, mati dalam keadaan Husnul Khotimah. Matikanlah kami sebagai Syaahid dunia-akhirat Yaa Allah. Sungguh kami ingin mati syaahid, Yaa Allah. Atau matikanlah kami dalam keadaan istiqomah sebagai penjaga Islam yang terpercaya, dimana dakwah adalah poros hidup kami, matikanlah kami sebagai pengemban dakwah yang hanif, yang ikhlas hanya mengharap Ridlo-Mu, Yaa Allah.

أللَّهُمَّ إنَّا نَسْألُكَ رِضَاكَ وَ الْجَنَّةَ وَ نَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَ النَّارِ

Yaa Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu Ridlo-Mu dan surga. Dan kami berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan neraka.
Wahai Dzat Yang Maha Mulia, Masukkanlah kami ke dalam surga-Mu yang tertinggi. Kumpulkanlah kami bersama-sama dengan Syuhadaa, para Nabi, para Shohabat Ridlwanullahi ‘alaihim, dan pertemukanlah kami dengan kekasih kami Muhammad SAW di surga, Yaa Allah. Dan sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan dapat memandang Wajah-Mu yang Agung, Yaa Robbanaa.

أللَّهُمَّ تَقَبَّلْ دُعَاءَ نَا , إنَّكَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

 Yaa Allah, kabulkanlah do’a kami ini. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.




Jumat, 22 Juni 2012

inspirasi jilbabku_part 1

hmmmm,

malem2 gini dari pada ga ada kerjaan, (padahal kerjaan rumah lagi numpuk juga, so ga di ada2in)
mau iseng aja.
sekalian cari inspirasi buat bikin jilbab, mumpung baru isi pulsa modem, ngeblog dulu,

awal inspirasinya siy, ngeliat kain2 di rumah yang bulan kmaren di beli tapi ampe sekarang masih nangkring dan tak tersentuh, kasiaann.
pengen di bikin jilbab, tapi kaga ada yang jait, mau jait ke tukang jait, tapi takut gagal, coz udah banyak pengalaman jaitin baju ke tukang jait, hasilnya tak memuaskan hati, (and ni kain bagus2lgi, syang banget kan kalo gagal, bisa2 dia nangkring lagi ga tersentuh sepanjang hayatnya). makin kasiaaannn

ya tapi, meskipun entah jaitnya kapan,seengganya nyicil lah cari modelnya dulu.


nominasi yang pertama:

ni baju bahannya kaos, kebetulan yang aku punya kain kaosnya warna pink soft,,
tinggal potongannya aja di bentuk jilbab, n tangannya juga kaga begini, biasa aja kya,a ga bakal neko2 di bagian tangan,


nominasi ke dua :


nahhhh,, kalo buat gambar yang ini,
sebenernya aku pernah jait baju tuh yang bahannya kaya begini, warnanya juga hampir sama cuma aga tua dikit,  tapiiii, karna ni tukang jait kaga profesional kaya.a, gagal lagi deh ni baju , tergelepak lah ni jilbab di lemari dengan posisi paling bawah, akhirnya aku pun berinisiatif buat bawa dia ke dokter (cailah, aya2 wae) maksudnya di bawa balik ke rumah buat di benerin sang mamih tercintha, aku sih bilannya terserah deh ni jilbab mau di apain, yang penting bisa di pake lagi... semoga dah bisa sembuh ni baju,,,,
tapi aku sempet nyaranin model kaya begini juga siyyy,, karna bawahnya yang kependekan, kan bisa di tambahin kruel2 kaya di photo,,,,

nominasi ke tiga :

jangan di liat sipa yang make, tapi liat bajunya aja yeeee.
buat kalo kapan2 beli kaen yang bahannya sifon begini, bisa juga ni baju di jadiin model buat bikin jilbab, modelnya ga terlalu neko2 juga siyy,,, cuma, di lipet2 aja di bagian dada, trus di kasih pita2 cute gitu di bagian atas lipetannya, ga di kasih juga gapapa sihh, toh kaga keliatan juga ntar pas dipake. n di bagian tangan dengan model ban (jangan kira ban mobil yee) ban tangan, tapi jangan gde2 ameeeuttt, cuma 2 cm kaya.a cukup.




kya.a buat saat ni cukup 3 aja dulu inspirasi bikin jilbabnya,
masih ada inspirasi2 lainnya,
dalam sesi2 berikutnya,,,
yupp. sekian dan terima kasih.

wasalam








janji Allah,KHILAFAH akan berjaya kembali

Oleh: Yahya Abdurrahman



تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ


“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada.  Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada.  Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada.  Lalu  Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya.  Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada.  Selanjutnya  akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).




Sanad Hadis
Imam Ahmad menerimanya dari Sulaiman bin Dawud ath-Thuyalisi dari Dawud bin Ibrahim al-Wasithi dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia berkata:


Kami sedang duduk di masjid bersama Rasulullah saw. Basyir adalah orang yang hati-hati dalm berbicara. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani. Ia berkata, “Wahai Basyir bin Saad, apakah engkau hapal hadis Rasulullah saw. tentang para pemimpin?”
  Hudzaifah berkata, “Aku hapal khutbah beliau.”
  Lalu Abu Tsa‘labah duduk dan Hudzaifah berkata, “Rasululah saw. bersabda: (sesuai dengan matan hadis di atas).” 1


Al-Bazzar2 menerimanya dari al-Walid bin Amru bin Sikin dari Ya‘qub bin Ishaq al-Hadhrami dari Ibrahim bin Dawud dari Habib bin Salim dari an-Nu‘man bin Basyir. Ia bercerita bahwa ia sedang di masjid bersama bapaknya, Basyir bin Saad. Lalu datang Abu Tsa‘labah al-Khusyani. Kemudian terjadilah dialog seperti di atas.
Al-Haytsami berkomentar,3"Imam Ahmad meriwayatkannya dalam Tarjamah an-Nu‘mân, juga al-Bazzar secara persis, ath-Thabrani secara sebagiannya di dalam al-Awsath, dan para perawinya tsiqah. Ibn Rajab al-Hanbali juga menukil riwayat Ahmad ini.4


Makna dan Faedah
Hadis ini memberitahukan lima periode perjalanan kaum Muslim sejak masa kenabian. Periode pertama adalah periode kenabian.
Periode kedua adalah periode Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para ulama sepakat bahwa periode Khilafah Rasyidah adalah periode Khilafah yang berjalan di atas manhaj kenabian. Menurut sebagian ulama, periode ini adalah periode Khulafar Rasyidin sampai periode Khilafah al-Hasan bin Ali. Khilafah Umar bin Abdul Aziz oleh sebagian ulama juga dikategorikan Khilafah Rasyidah sehingga beliau juga dijuluki Khulafaur Rasyidin.
Periode ketiga adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Lafal mulk bisa berarti kerajaan, bisa juga al-hukm wa as-sulthân (pemerintahan dan kekuasaan). Lafal mulk dalam hadis ini kurang tepat jika dimaknai kerajaan sebagai sebuah bentuk pemerintahan. Sebab, setelah Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan kaum Muslim tidak berubah menjadi kerajaan, tetapi tetap Khilafah. Kepala negara tetap seorang khalifah dan tidak pernah berubah menjadi raja. Ini adalah fakta yang telah disepakati para ulama. As-Suyuthi dalam Tarîkh al-Khulafâ’ berkata, “Aku hanya menyebutkan khalifah yang telah disepakati keabsahan imâmah-nya dan keabsahan akad baiatnya.”5 
Secara faktual, Khilafah terus berlanjut sampai diruntuhkan oleh penjajah Barat tahun 1924 M. Namun, juga disepakati, selama rentang waktu tersebut terjadi penyimpangan dan keburukan penerapan Islam di sana-sini. Jadi, periode tersebut adalah periode pemerintahan dan kekuasaan yang di dalamnya terjadi kazaliman, yaitu peyimpangan dan keburukan penerapan sistem dalam beberapa hal.
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan dan kekuasaan jabbariyah (diktator). Dalam riwayat Abu Tsa‘labah al-Khusyani dari Muadz bin Jabal dan Abu Ubaidah, periode ini digambarkan sebagai periode pemerintahan dan kekuasaan yang sewenang-wenang, durhaka, diktator, dan melampaui batas.6Gambaran demikian adalah gambaran pemerintahan dan kekuasaan yang bukan Islam. Periode pasca runtuhnya Khilafah saat ini tampaknya sesuai dengan gambaran tersebut.
Periode terakhir adalah periode kembalinya Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ini merupakan basyârah (berita gembira) akan tegaknya kembali Khilafah setelah keruntuhannya. Makna yang sama juga diriwayatkan dalam banyak riwayat. Jika riwayat ini digabung dengan riwayat lain yang semakna, yaitu riwayat akan masuknya Islam di setiap rumah, hadis al-waraq al-mu’allaq, hadis Khilafah turun di bumi al-Quds, hadis mengenai Dâr al-Islâm kaum Mukmin berpusat di Syam, hadis ‘adl wa al-jur, hadis hijrah setelah hijrah, hadis al-ghuraba’, hadis al-mahdi, dan hadis akan ditaklukkannya Roma, maka makna tersebut bahkan bisa sampai pada tingkat mutawatir.7
Basyârah ini selayaknya memacu semangat kita untuk terus berjuang demi tegaknya Khilafah, karena kita ingin mendapat kemuliaan, yakni turut menjadi aktor bagi terlaksananya janji Allah tersebut. Allâhummarzuqnâ dawlah Khilâfah Râsyidah.
Wallâh a‘lam bi ash-shawâb.
 
blogger template by arcane palette